Catatan untuk pembaca

Blog ini adalah milik pribadi, bukan kelompok atau golongan maupun komunitas...

Blog ini adalah tempat saya belajar untuk menuliskan pikiran saya, isi hati, ide-ide dan mungkin informasi yang saya peroleh
dari tempat lain

Jika bermanfaat alhamdulillah, jika ada kesalahan mohon dimaafkan....

Terima Kasih

Makanan Unix Nih (^^,



Manusia memang sering cari sensasi dan bertingkah laku aneh, di negara maju seperti jepang justru yang aneh-aneh seperti ini banyak yang minati, kalau saja disini ada yang jual makanan seperti ini pasti dijamin nggak bakal laku tujuh turunan tuh resto atau rumah makannya
Makanan Aneh ala jepang "serba serangga"

Makanan Aneh ala jepang "serba serangga"

Makanan Aneh ala jepang "serba serangga"
Makanan Aneh ala jepang "serba serangga"

--SELAMAT MENIKMATI--

(^^, hehehe

Pendakian Gunung Gede


Gunung Gede (2.958 m.dpl) dan Gunung Pangrango (3.019 m.dpl) adalah ikon utama bagi masyarakat Jawa Barat, asal bicara tentang aktifitas kegiatan camping dan naik gunung, sering kali yang ditawarkan adalah pendakian di Gunung Gede dan Gunung Pangrango, yang dapat di lalui dari Desa Gunung Putri dan Cibodas. Puncak-puncaknya akan nampak jelas terlihat dari Cibodas, Cianjur dan Sukabumi, Gunung Pangrango yang mempunyai jenis puncak runcing, dan Gunung Gede puncaknya berbentuk kubah.

Gunung Gede-Pangrango merupakan gunung yang populer di kalangan para pendaki gunung maupun pecinta alam. Selain karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta, gunung Gede-Pangrango dapat didaki dengan waktu cukup singkat, sekitar dua hari satu malam. Berbagai cerita tentang pendakian gunung Gede-Pangrango membuat kedua gunung ini masuk dalam deretan gunung yang ingin saya daki.


 Peta Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Selain itu rasa penasaran yang sangat menjadi pemicu utama untuk melakukan pendakian kali ini karena pada kesempatan-kesempatan sebelumnya saya tidak berkesempatan hingga mencapai puncak gunung ini.

Gunung Pangrango (3.019 m.dpl) merupakan gunung api yang sudah tidak aktif lagi, sementara Gunung Gede (2.958 m.dpl) tergolong Gunung Api dengan jenis Stratovolcano. Berikut data Gunung Gede menurut Smithsonian Institute dengan Global Volcano Programnya:
Daerah : Jawa Barat
Tipe Gunung : Stratovolcano
Status Gunung : Historical
Letusan Terakhir : 1957
Ketinggian : 2958 m 9,705 feet
Latitude : 6.78°S 6°47”0″S
Longitude : 106.98°E 106°59”0″E


Gunung Gede-Pangrango termasuk ke dalam kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP) yang merupakan hutan hujan tropis seperti kebanyakan tersebar di Indonesia. Membentang di bagian Jawa Barat, dengan Puncak Gede (2958 mdpl) dan Pangrango (3019mdpl) sebagai titik tertinggi. Hutan seluas 22.851, 03 Ha dengan pintu masuk Cibodas yang berjarak 100 km dari Jakarta dan 89km dari Bandung ini, dahulunya merupakan habitat macan tutul (Panthera pardus), owa jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), Lutung jawa (Trachypithecus auratus), kepik raksasa, berbagai jenis kumbang, dan Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) yang saat ini populasinya mendekati punah.



Peta Akses Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Kesempatan untuk mendaki salah satu gunung tersebut akhirnya datang. Berawal dari ajakan seorang teman, keinginan mendaki gunung Gede pun terlaksana. Berbeda dengan pendakian-pendakian yang pernah saya lakukan sebelumnya, pendakian kali ini bersama teman-teman satu jurusan di kampus yang notabenenya juga sama sama masih amatir, namun hal tersebut tak menyurutkan niat dan rasa ingin tahu untuk terus melakukan perjalanan.
21 April 2012
Pukul 12.30 WIB. di daerah Lembang-Bandung, Irfan (rekan saya yang menjadi ketua tim) menyampaikan kembali keinginannya untuk melakukan pendakian ke Gunung Gede yang semula dalam pembicaraan di kampus beberapa waktu lalu baru sebatas wacana. Dalam rangka melakukan observasi lapangan untuk menyusun kegiatan penelitian skripsinya, Irfan juga mengajak kami bertiga yaitu Saya, Adin, dan Riko. Beberapa hari setelah pembicaraan di Bandung saya kira perjalanan akan dimulai sekitar bulan Mei sebab perlu membuat surat ijin dan mengurus segala macam administrasi sebelum memulai pendakian. Karena, sebelum melakukan pendakian kita akan diminta untuk booking via internet dan melakukan registrasi online.
23 April 2012
Pukul 21.15 WIB. Masuk pesan pendek dari Irfan yang isinya meminta data diri, dan juga nomor KTP untuk melakukan registrasi online untuk pembuatan surat ijin masuk kawasan konservasi TNGP, ketika ditanya apakah sudah ada kepastian kapan kita akan berangkat ternyata juga belum ada kepastian, namun kami diminta untuk melakukan persiapan sehingga ketika surat sudah divalidasi maka kami siap berangkat.
24 April 2012
Pukul 23.00 WIB. Sebuah pesan yang sangat singkat masuk dari Irfan yang isinya “Besok hari rabu setelah main futsal, kita briefing tim untuk persiapan berangkat hari kamis pagi, surat sudah divalidasi”, sangat mengejutkan…karena hanya dalam waktu 36 jam saya harus mempersiapkan segala perlengkapan dan perbekalan untuk pendakian.
25 April 2012
Pukul 15.00 WIB. Beberapa peralatan standar seperti jaket lapangan, ponco, dan matras saya ternyata ada di Tambun dan tidak ada cukup waktu untuk mengambilnya maka akhirnya saya putuskan untuk memakai peralatan yg ada di sekretariat saja yang beberapa tak diakui oleh pemiliknya. Setelah itu semua persiapan selesai malam hari sekitar pukul 02.00 WIB.
26 April 2012
Pukul 05.00 WIB. Saya pun berangkat menuju tempat berkumpul yang telah kami sepakati bertiga (Saya, Irfan, dan Adin) bertemu di Shelter Kampung Melayu menumpang Bus Transjakarta. Pukul 07.15 WIB kami telah berkumpul kemudian melanjutkan perjalanan ke Terminal Bus Kampung Rambutan. Salah satu rekan kami yaitu Riko telah menunggu disana sejak pukul 07.30 WIB dan kami pun bertemu di Terminal Bus Antar Kota dan langsung berangkat menumpang Bus Marita Trayek Kampung Rambutan-Cianjur dengan ongkos sebesar Rp. 15.000,-.

Pukul 11.10 WIB. Bus tiba di pertigaan Cibodas, kemudian menyambung angkutan umum kecil yang menuju ke Cibodas dengan biaya Rp. 2500,- per orang. Sekitar 15 menit kemudian kami tiba di depan gerbang masuk Kantor Balai Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, untuk melapor dan mengurus beberapa kelengkapan administrasi. Selepas itu kemudian kami melakukan ibadah sholat dzhuhur di Masjid yang terletak dibelakang Kantor Balai TNGP, melakukan persiapan akhir, dan makan siang. 


Kantor Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Cibodas)

Pukul 12.40 WIB. Sepuluh menit perjalanan dari Kantor Balai TNGP, kita akan menemukan gerbang TNGP yang sebenarnya. Disini kita harus melakukan registrasi ulang, barang bawaan akan diperiksa, dan kemungkinan sampah yang akan dihasilkan juga di-list dengan tujuan sampah-sampah tersebut dibawa turun kembali dan tidak dibuang sembarangan di hutan. Selesai ragistrasi ulang kemudian kami memulai perjalanan agak santai dan tidak terburu-buru karena sambil melakukan observasi flora dan fauna setempat.
Pukul 13.20 WIB. Dari gerbang registrasi ulang perjalanan dilanjutkan dengan masih jalan setapak berbatu. Dua Puluh menit kemudian kita akan menemukan telaga biru. Dan kurang dari satu jam perjalanan berikutnya kita akan tiba di persinggahan Panyangcangan. Perjalanan menuju persinggahan ini, selain jalan setapak berbatu juga banyak jembatan kayu yang dibeberapa tempat agak rapuh di sekitar Rawa Gayonngong, jadi kita harus sangat hati-hati melewatinya. Tempat ini juga merupakan pertigaan. Kalau lurus akan menuju ke air terjun Cibeureum, sedangkan jika ingin ke Puncak Gede/Pangrango, maka kita harus berbelok ke kiri. Sebagai catatan ditempat ini dapat kita jumpai beberapa jenis burung yang menarik.
Di Depan Telaga Biru

Rawa Goyonggong
Persinggahan Panyangcangan (kanan : Air Terjun Cibeureum; kiri : Puncak Gede)

Puncak Gede : 8,5 Km Lagi (SEMANGATTT!!!)

Pukul 14.45 WIB. Tim kami berangkat dari Panyangcangan ke air panas dan menyapa beberapa rombongan pendaki yang sedang turun, Karena jalanan mulai menanjak dan berjarak sekitar 2.8 km kami berhenti sebentar 2 kali untuk melepas lelah dan membuat minuman hangat karena sebelumnya diguyur hujan ringan. Di sini kita harus berhati-hati karena melewati jalan sempit, licin, dan berbatu, juga dialiri air panas. Menurut beberapa teman-teman pendaki yang sering melintas daerah ini jika air sedang surut, kita dapat berjalan di atas bebatuan, tetapi jika aliran sedang deras, siap-siap saja terkena air belerang dengan temperatur mencapai 65°C. Tetapi Alhamdulillah tim kami dapat melewatinya dan bahkan sempat berfoto juga menikmati aliran air panas ini.
Sungai Air Panas (awas licin dan panas !!!)

Pukul 16.55 WIB. Sampailah kami di Bumi Perkemahan dekat Kandang Batu untuk beristirahat sejenak, buang air dan juga mengisi persediaan air minum di sungai terdekat, hujan sudah agak reda dan kemudian kami melanjutkan perjalanan yang masih cukup jauh dari Kandang Batu ke Kandang Badak sejauh kurang lebih 2,3 Km.
Persinggahan Kandang Batu

Pukul 20.00 WIB. Setelah berjalan kurang lebih 3 Jam dengan kondisi jalanan licin, berbatu, menanjak, dan beberapa pohon rubuh merintangi jalan akhirnya kami tiba di Kandang Badak. Sebelumnya di pertengahan jalan kami sempat keliru mengambil jalan karena jalan yang seharusnya kami ambil terhalang oleh batang pohon besar yang rubuh serta karena kondisi sudah gelap sehingga tanda yang dibuat tidak terlihat jelas namun hal itu kami sadari kemudian dan mencari arah yang benar. Karena kondisi dingin, basah, dan lapar kami juga memutuskan untuk makan di jalanan ini sebelum melanjutkan perjalanan ke Kandang Badak. Di Kandang Badak kami pun beristirahat sejenak, buang air, mengisi bekal air minum dan dilanjutkan dengan menjama’ sholat maghrib-isya’.
Persinggahan Kandang Badak (ini Pas Pulangnya pagi2)

Pukul 21.00 WIB. Setelah mencari-cari jalan menuju ke pertigaan antara Puncak Gede dan Pangrango, akhirnya kami temukan juga, awalnya kami sempat berniat ingin bermalam di Kandang Badak kemudian Dini Hari melanjutkan pendakian ke Puncak Gede namun ketua tim memutuskan untuk sampai di puncak malam ini juga….maka perjalanan dilanjutkan….mantabbbs
Pendakian Malam (kurang lebih 2km menuju puncak gede)

Pukul 23.00 WIB. Dari Kandang Badak, Puncak Gede masih kurang lebih 3km dan jalannya pun semakin terjal. Sampai pada Klimaksnya adalah saat harus melewati tanjakan terjal hampir sembilan puluh derajat. Tanjakan ini disebut oleh teman-teman pendaki sebagai Tanjakan Setan karena ‘kondisi’-nya. Untungnya disediakan tali bersimpul untuk pegangan saat memanjat. Dari tanjakan setan terlihat puncak Pangrango yang gagah sekali, sayangnya malam hari penglihatan terbatas dan turun kabut, jadi tidak terlihat jelasdeh
Pendakian di Tanjakan Setan

27 April 2012
Pukul 00.10 WIB. Sekitar 300meter (pengukuran sotoy) kemudian dari “tanjakan setan” akhirnya tibalah kita di puncak. Alhamdulillah…!!! Setelah berjalan dari jam Satu Siang, sampai juga di Puncak Gede. Melihat kawah dan tiang pancang 2958mdpl, penat yang tadi ditahan-tahan luruh ke tanah *lebay mode: On* . Meskipun angin dingin bertiup bersama uap belerang kawah, jalanan tertutup kabut, dan kelelahan membuat saya tak kuat berjalan lama dan sesak nafas, tapi tak mengapalah. Setidaknya energi kembali di-recharge oleh Puncak Gede. Kita disuguhkan oleh panorama menegangkan dan eksotis, disebelah kiri adalah kawah Gunung Gede dan disebelah kanan Lembah Surya Kencana dengan hamparan rumput dan bunga Edelweisnya…..Hmmmm tak terlupakan….apalagi diatas langit pemandangan bintang-bintang dan bulan begitu indah, serta sorot lampu-lampu penduduk kota, bandung, bogor, dan Jakarta yang terlihat di kaki langit….
Puncak Gunung Gede 2958 Mdpl

Pukul 01.00 WIB. Kami selesai mendirikan tenda di Puncak Gede, karena begitu lelah untuk turun ke Lembah Surya Kencana kami memutuskan bermalam di puncak saja. Akhirnya kami semua terlelap dalam balutan baju hangat, jaket, dan kantung tidur masing-masing…
Pukul 06.00 WIB, Selepas Sholat Subuh, bersiap menantikan matahari terbit….namun ternyata terhalang oleh awan sehingga kurang begitu berkesan….hehehe… sehingga akhirnya kami memilih berfoto-foto saja…sambil menikmati panorama keindahan Puncak Gede yang begitu menakjubkan….
Jangan lupa photo-photo (viewnya bagus hehehe....)
Pukul 07.00 WIB. Kami menjemur raincoat, perlengkapan, dan carrier, sambil memasak untuk sarapan pagi ini dengan kondisi air yang menipis karena sumber air berada di alun-alun dan juga belum tentu sedang ada airnya….pada awalnya kami ingin turun ke Alun-alun Surya Kencana untuk berfoto dan beristirahat, namun karena sebagian dari kami sudah cukup lelah untuk turun dan memikirkan akan naik lagi untuk kemudian melakukan perjalanan pulang (maklum kami mengambil rute Backtrack) ke Cibodas, akhirnya ketua Tim kami memutuskan untuk langsung pulang pada pukul 08.00 WIB.
Sarapan Spaghetti di Puncak Gede 
Pukul 08.00 WIB. Puncak gede benar-benar mantap. Apalagi Alun-alun Surya Kencana yang berada di Lembah,,, semilir angin sepoi-sepoinya yang dingin membuat mata mengantuk. Tapi baru sebentar saja kabut tebal menerpa. Akhirnya dengan air seadanya dan terpaan kabut berangin kami pun melanjutkan perjalanan. Untuk track pulang melewati jalur yang sama lebih cepat….jarak dari Puncak Gede ke Kandang Badak sekitar 3 Km dapat ditempuh kurang dari 2 jam perjalanan karena jalur yang menurun. Kendala yang berarti adalah saat menuruni “Tanjakan Setan” harus berhati-hati namun kami diuntungkan oleh cuaca cerah pagi hari…
Persiapan Pulang
Anaphalis javanica (Edelweiss yg konon bunganya adalah 
lambang cinta abadi hehehe)
Pulang melalui "tanjakan setan" lagi hehehe eh jadi "turunan setan" ding
Our Team
Pukul 09.50 WIB. Setelah 110 Menit Perjalanan kami sampai di Kandang Badak, menyapa kelompok pendaki yang sedang memasak disana dan kemudian melanjutkan perjalanan hingga sampai di tempat terbuka disamping sungai yang berada sekitar 150 meter sebelum Kandang Batu dari arah Kandang Badak untuk beristirahat, dan memasak makan siang. Dalam perjalanan kami sempat bertemu dan bertegur sapa dengan 2 orang pendaki yang akan menuju ke Puncak Pangrango.
Pukul 11.45 WIB. Setelah beristirahat, makan, dan minum selama satu jam lebih akhirnya kami memulai perjalanan kembali, tak lupa semua bungkus-bungkus dan sampah kami masukkan ke dalam kantung sampah besar yang telah kami siapkan agar tidak mengotori lingkungan. Perjalanan menuju ke Panyangcangan dari Kandang Batu relatif lebih mudah, melewati air panas, jalanan cukup licin jadi harus lebih berhati-hati.
Pukul 01.40 WIB. Tim kami akhirnya melintas di pertigaan Panyangcangan, awalnya sempat ingin mampir ke Curug Cibeureum, namun niat itu kami urungkan sebab ketua tim mangambil keputusan agar kami tiba sebelum sore. Kembali melintas melalui jembatan panjang di Rawa Gayonggong kami banyak berpapasan dengan beberapa pendaki, dan juga wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang sedang menuju maupun pulang dari Curug Cibeureum. Sepanjang perjalanan pulang untuk melupakan rasa lelah di kaki dan bahu kami banyak bercanda dan hunting foto-foto fauna seperti burung dan kumbang. Salah satu kelakar kami adalah tentang bagaimana berbedanya sikap para pendaki dan wisatawan yang sangat berbeda, ujar adin salah satu anggota tim kami adalah jika pendaki biasanya akan saling bertegur sapa, menanyakan hal-hal kecil, baik itu kondisi maupun kabar dari daerah yang dilewatinya meskipun mereka tidak saling kenal. Namun jika wisatawan cenderung untuk diam saja acuh tak acuh meskipun kita berpapasan lewat dengan mereka…hehehetapi tidak semua wisatawan seperti itu, ada juga yang sopan sekali menyapa kami…
Pukul 15.05 WIB. Alhamdulillah…. Akhirnya kami pun tiba di pos penjagaan dekat gerbang masuk pendakian, kami beristirahat sejenak melepas lelah kurang lebih 15 menit, kemudian melapor kepada petugas polisi hutan disana untuk pemeriksaan sampah, dan registrasi kepulangan (semacam Check Out). Sebelum menuju ke Kantor Balai TNGP untuk sholat, kami menyempatkan mampir menikmati Siomay dan Cilok di dekat gerbang masuk….hehehe lapar juga…
Pukul 16.30 WIB. Setelah bersih-bersih, sholat, dan menyeruput kopi di halaman masjid Kantor Balai TNGP sambil mengobrol dengan Pak Ade salah seorang petugas polisi hutan… kami akhirnya pamit kepada beliau untuk melanjutkan perjalanan pulang…
Pukul 17.40 WIB. Kami mendapatkan Bus Marita menuju ke Kp. Rambutan, dan kami semua akhirnya tertidur pulas di dalam Bus sampai Terminal Kampung Rambutan.
Pukul 19.30 WIB. Bus Memasuki Terminal Kampung Rambutan dan kami segera menyambung Bus Transjakarta menuju Kampung Melayu, kemudian transit ke arah Pulogebang. Sementara salah seorang anggota tim kami yaitu Riko memisahkan diri kea rah bekasi menyambung P9BT.
Pukul 10.00 WIB. Kami semua sudah tiba dirumah dan kemudian beristirahat….Alhamdulillah...
Overall, pendakian kali ini, yang merupakan pendakian pertama saya bersama teman-teman satu jurusan, sangat berkesan. Biasanya bersama teman-teman pecinta alam, dimana saya seperti anak bawanghehehe paling minim pengalaman….dan terima mengekor saja…. 

Note:
Berikut rincian biaya perjalanan:
Ongkos Kp. Rambutan – Cibodas :              Rp. 15.000,-
Ongkos Cibodas – Pintu Masuk TNGP :          Rp.  2.500,-
Tiket Masuk TNGP dan Biaya Administrasi lain2 dapat dilihat di :
atau

Sedangkan untuk Booking perijinan secara online dapat masuk ke:
Biaya Makan :             Tergantung pada masing-masing individu
Ongkos Gerbang TNGP – Cibodas :              Rp.  2.500,-
Ongkos Cibodas - Kp. Rambutan :              Rp. 15.000,-

Mendaki gunung bukan untuk berambis mencapai puncak, tapi meningkatkan jiwa petualangan, kemandirian, persatuan, kerjasama, kebersamaan, dan mendekatkan diri dengan alam ciptaan Allah, sayangi alam... cintai... bukan merusak... karena gunung untuk dinikmati bukan dijadikan ambisi (Anonimus)

Serangga Terpanjang Di Dunia

Serangga terpanjang dtemukan di Kalimantan Indonesia. Adalah belalang stik atau belalang ranting yang dalam nama ilmiahnya disebut Phobaeticus chani diidentifikasi sebagai serangga terpanjang di dunia. Spesies Phobaeticus chani atau belalang stik yang merupakan serangga terpanjang di dunia ini ditemukan oleh para peneliti dari WWF di dekat Gunung Kinabalu di hutan hujan tropis yang berbatasan dengan Malaysia, Indonesia dan Brunei.

Belalang stik (Phobaeticus chani) berjenis kelamin betina ini memiliki panjang keseluruhan mencapai 56,7 cm dengan panjang tubuhnya saja mencapai 35,7 cm. Spesies baru ini sebenarnya telah ditemukan pada Oktober 2008 silam dalam proyek Jantung Borneo (Heart of Borneo) yang dilakukan oleh WWF bekerjasama dengan Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Proyek Jantung Borneo (Heart of Borneo) ini telah dimulai sejak 2007 silam.

Jantung Borneo (Heart of Borneo) sendiri merupakan kawasan hutan hujan tropis seluas 220 ribu km persegi yang masuk ke wilayah Malaysia, Indonesia, dan Brunei. Pada 2007, pemerintah tiga negara mencanangkan area itu sebagai Heart of Borneo. Di wilayah inilah belalang stik (Phobaeticus chani) yang kemudian diumumkan sebagai pemegang rekor serangga terpanjang di dunia ditemukan.


Phobaeticus chani atau belalang stik, serangga terpanjang di dunia

Dalam proyek Jantung Borneo (Heart of Borneo) ditemukan 3 spesies Phobaeticus chani yang disebut juga sebagai belalang stik atau belalang ranting. Dan oleh mayarakat Kalimantan Tengah, belalang sejenis Phobaeticus chani sering disebut sebagai belalang bilah papan meskipun yang umum ditemukan hanya mempunyai panjang berkisan antara 7 hingga 10 cm.

Belalang Ranting yang Unik. Belalang ranting atau belalang stik (Phobaeticus chani) secara fisik menyerupai pensil dengan empat lengan dan dua antena. Belalang yang kemudian diumumkan sebagai serangga terpanjang di dunia ini memiliki panjang tubuh 35,7 cm dan panjang keseluruhan mencapai 56,7 cm.


Specimen Probaeticus chani yang tersimpan di Natural History Museum, London.

Belalang stik (Phobaeticus chani) mempunyai kemampuan menyamar di antara ranting-ranting dan dedaunan. Selain itu serangga unik ini juga mampu merubah warna tubuhnya menyerupai tempat yang dihinggapinya. Kemampuan unik ini berguna untuk menghindarkan diri dari predator alami di hutan-hutan tropis.

Genus Phobaeticus memiliki lebih dari 25 jenis (spesies) belalang yang telah teridentifikasi. Beberapa diantaranya mempunyai ukuran tubuh yang amat panjang seperti Phobaeticus kirbyi (endemik Kalimantan, panjang 54,6 cm) dan Phobaeticus serratipes (endemik Malaysia dan Singapura, panjang 55,5 cm).

Dalam proyek Jantung Borneo (Heart of Borneo) ditemukan 3 spesies Phobaeticus chani yang sayangnya ketiga-tiganya di simpam di luar negeri. Satu spesimen disimpan di Natural History Museum, London. Dan dua spesimen lainnya disimpan di kantor WWF Malaysia.

LIPI sendiri mempunyai beberapa spesimen belalang ranting meskipun dari genus yang berbeda. Koleksi belalang stick LIPI bukan dari genus Phobaeticus tetapi dari genus Cyphocrania yang mempunyai panjang 30 cm. Sayangnya spesimen tersebut belum diidentifikasi secara detail.

Jadi maklum saja jika kemudian disalip oleh peneliti-peneliti luar. Dan jika sobat ingin melihat belalang stik yang merupakan serangga terpanjang di dunia yang ditemukan di Indonesia musti mengurus visa dulu.

Taksonomi:
   Kerajaan  : Animalia
   Filum        : Arthropoda
   Kelas       :  Insecta
   Ordo        :  Phasmatodea 
   Famili       : Phasmatidae 
   Subfamili   : Phasmatinae 
   Genus       : Phobaeticus 
   Spesies     : Phobaeticus chani

Sumber: sains.kompas.com; en.wikipedia;
gambar: msnbcmedia4.msn.com

Belajar Bijaksana Dari Bencana

Peristiwa sekecil apapun sebenarnya mengandung pesan yang luar biasa besarnya. Memang diperlukan kepekaan untuk menemukan pelajaran. Diperlukan kemampuan untuk menemukan pesan implicit dan eksplisit-nya. (Anonim)

Beberapa tahun silam, banjir air mata menghujani negeri ini lagu-lagu duka dan sendu dikumandangkan di setiap berita dan tayangan di televisi....yah negeri ini berduka karena terhempas oleh tsunami dan gempa berkekuatan besar ratusan ribu orang luka-luka, 166000 orang dinyatakan tewas dan hilang.....dunia pun berduka, tepat beberapa bulan yang lalu pun Tragedi Meletusnya Gunung Merapi melanda Jogjakarta, Solo, Magelang dan sekitarnya ratusan rumah porak poranda, hewan ternak, harta benda, dan kerabat banyak yang musnah....dan kemudian beberapa hari yang lalu kita semua dikejutkan oleh gempa dan tsunami berkekuatan 8,8 Skala Richter yang melanda Jepang.


Jepang, meskipun sebuah negara maju yang menempati peringkat ketiga dalam kemajuan perekonomiannya di dunia, pusat riset dan teknologi, tempat banyak alat-alat canggih diciptakan dan ilmuan-ilmuan hebat dilahirkan namun seolah tak memiliki daya apa-apa menghadapi kekuatan alam. Ada apa gerangan sebenarnya dari semua yang terjadi ini? segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini pastilah ada maksudnya.

Belajar dari kejadian-kejadian terdahulu, kita harus berpikir. Hanya dengan kekuatan gempa 8,8 SR, Jepang mengalami kerusakan yang cukup parah meskipun Jepang sudah mempunyai teknologi bangunan tahan gempa. Pelajaran pertama bahwa teknologi tidak mampu menandingi kekuatan Tuhan. Jika kita mengingat tragedy tsunami Aceh, begitu banyak mayat bergelimpangan di lepas pantai dan daratan. Sedemikian halnya di Jepang, bahwa tsunami Jepang telah memakan korban lebih dari 300 orang. Pelajaran kedua manusia tidak dapat menghindar dari petaka.

Dalam beberapa kejadian bencana alam banyak pula dijumpai para korban yang selamat dari hempasan, dengan kondisi yang bermacam-macam bahkan yang secara logika kita sebagai manusia seharusnya tidak bisa selamat tetapi malah selamat dari bencana tersebut hal ini menunjukkan Pelajaran Ketiga bahwa Tuhan Maha Berkehendak terhadap hambaNya. Banyak hal yang terkadang tidak kita sadari dalam hidup ini, sebagian besar kita mungkin hanya memandang sebuah bencana dari suatu sudut pandang yang sempit dan negatif padahal Tuhan telah memberitahu kita bahwa apa-apa yang menurut kita baik untuk kita belum tentu baik menurut Tuhan. Ya, dapatb kita saksikan ketika Negeri ini dihempas bencana tsunami, gempa, dan letusan gunung berapi seluruh bangsa di dunia menyerukan pray for Indonesia , dan berbagai bantuan datang dari berbagai penjuru dunia, begitupun kita saksiakn saat ini dunia menyerukan pray for Japan. Lagi-lagi sebuah Pelajaran berharga bahwa bencana dapat mempertautkan hati kita semua untuk saling membantu.

Setiap peristiwa tidak mengenakkan yang kita alami pasti akan menimbulkan kesadaran kita kepada Tuhan. kepada kuasaNya. Artinya, kita cepat menyadari keberadaan Tuhan ketika berada dalam kesulitan secara alami dan ini adalah fitrah kita sebagai makhluk ciptaannya. Maka, tragedi tsunami Jepang pun membangkitkan kesadaran religius yang luas biasa. Pelajaran berharga ini mengingatkan kita bahwa bencana dapat mendekatkan kita kepada Illahi.

Begitulah kuasa Allah, dimanapun kita bersembunyi, sekuat apapun kita membangun benteng, meningkatkan teknologi dan kekuatan....kita tetaplah sebagai hambaNya yang tak mampu melawan kekuasaanNya dan kekuatanNya. Takdir Allah pasti datang apabila Dia sudah menghendakinya sedangkan kita hanya bisa berusaha keras, berdoa, dan kemudian tawakkal kepadaNya.


To all the people in Japan, I left a message and prayer. There are no unresolved problems. The problem is often advantageous ourselves to go forward and be creative. I believe that you all has been able to take meaningful lessons from this incident. I'm here, in Indonesia, pray for the good of all the people in Japan.

Ada apa dengan "Galau"

Ada ungkapan dari seorang teman saya di Facebook, Sari Yulianti sampai-sampai dia menulis sebuah catatan yang berjudul Statusmu, Galaumu....(kenapa ya kok kata2 galau saat ini kayaknya ngetrend bgt gitu loh) hahaha....yuks kita bahas....



Sebenarnya definisi galau itu apa sih? kalau menurut Mas Muhammad Iqbal Syams galau itu singkatan dari gundah gulana yang salah gaul....sedangkan kalau menurut KBBI galau adalah bergalau v sibuk beramai-ramai;
sangat ramai; berkacau (tidak keruan)....(nah lho apa pula ini,...memusingkan)


Oke kalau boleh saya ambil kesimpulan mungkin maksudnya galau itu adalah cuman kondisi yang belum pasti aja..Tapi biasanya galau diidentikkan dengan yang gak enak atau ga sesuai ama harapan. Kondisi yg belum pasti itu bisa karana harapannya yang kemungkinan besar tidak dapat/sulit terwujud atau juga kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan. Jadilah galau namanya, seharusnya sih galau g usah lama2 dan cepat ambil tindakan krn klo g gitu kita bisa terlena ama kegalauan yang dalam dan tak bisa menemukan jalan keluar...

Jadi, kebanyakan dari kita sering tuh menuliskan kata2 galau, baik di Fb, Tweet, atau lainnya....padahal seperti udah dibahas sama teman saya diatas tuh statusmu, galaumu.....jadi apa yg kita tuliskan di status kita emang bner bgt itu bisa jadi senjata makan tuan, bisa jadi boomerang buat kita.......terkadang kita menuliskan status kan biasanya isinya keluhan-keluhan yg mungkin terkadang ndak jelas...hehehe 


Dengan kita nulis kaya gitu kan orang lain, atau siapapun kan jadi tau apa yg kita alami, jadilah ada yg ngelike, ada yg comment.....atau bahkan ada yg juga memanfaatkan situasi.....yah bisa positif ayau negatif tergantung dari pelakunya...hehehehe (kok gak nyambung yak sama judul)


Ya kembali ke galau, sebenernya sadar atau tidak....galau itu kita sendiri lho yg menciptakan (maksudnya bukan membuat ada seperti dr gak ada jd ada tpp lebih ke memicu) nah, gimana nyiptainnya ya? lha wong yg bisa menciptaka kan Yang Maha Pencipta, bukan itu maksdunya tapi kita yg bikin diri kita tenggelam dalam galau....penyebabnya sih bisa macem2 tp kebanyankan adalah karena gak ada kerjaan alias kurang kerjaan.....coba kalau kita sibuk bnyk kerjaan yah biasa2 aja tuh malah jadinya......gak pake galau2an.....




So,.....kesimpulannya adalah.....galau dapat terjadi pada siapa saja tidak menganal tempat dan waktu, tapi dapat kita hindari dan atasi dengan menyibukkan diri pada hal-hal yg positif.....itu lebih baik.....


Seperti dikatakan oleh ai dalam catatannya:
Maka, tak usahlah kau galau. Karena dalam lafaz-lafaz itu ada obat kegelisahan.

n_n